English French German Spain Arabic Chinese Simplified Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean
Artikel Design Download Foto Guyon Kuliner Liputanku Lirik Otakkuku Unix



Twitter
Facebook

Masakan Omah di Warung Bu Ageng - Butet Kartaredjasa

Membuka warung makan adalah salah satu obsesi Butet. Pada 1995, dia pernah membuka warung soto di Jalan Prof Dr Yohannes, di sebelah utara Galeria Mal Yogyakarta. Warung itu cuma bertahan sebentar, lalu bangkrut. Patungan dengan seorang sahabatnya, pada 2004 Butet membuka lagi rumah makan Sobo--masakannya dari bahan baku organik--di depan Pura Pakualaman Yogyakarta, tapi hanya bertahan beberapa bulan.


Butet Kartaredjasa tak pernah kapok membuka usaha warung makan. Meski pernah dua kali gagal, Butet kembali nekat membuka restoran, Senin 26 Desember 2011 lalu. Tidak tanggung-tanggung, pembukaan Warung Bu Ageng di Jalan Tirtodipuran 13, Yogyakarta, ini dihadiri dua pakar kuliner Indonesia: Bondan "Maknyus" Winarno dan William Wongso. Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md. juga terlihat hadir di tengah ratusan kolega Butet pada acara pembukaan malam itu


Kali ini dia mengharapkan keberuntungan, apalagi tahun depan sebagai tahun naga emas, yang digadang-gadang sebagai tahun keberuntungan. "Sekarang sudah tidak lagi dikejar-kejar kontrakan. Ini warung milik sendiri. Dua kali gagal, cukup bagi saya untuk sinau (belajar)," jawab Butet dengan diiringi tawa khasnya.

Warung Bu Ageng ini didirikan di atas tanah seluas 400 meter persegi yang dibeli dari bekas juragan batik di kawasan Tirtodipuran. Rumah lama yang sudah nyaris hancur kemudian dirobohkan, lalu diganti dengan bangunan tipe rumah kampung yang dirancang oleh arsitek Eko Prawoto. Bu Ageng adalah nama panggilan Rully Isfihana, istri Butet.

Menu di Warung Bu Ageng perpaduan antara masakan tradisional Kalimantan hasil olahan Rully dan berbagai masakan Jawa kegemaran Butet. Sejumlah menu andalan dilabeli nama-nama yang nyeleneh khas Butet. Misalnya, Lele Njingkrung, Bubur Duren Mlekoh, dan Bacem Kambing dengan Sambal Kutai. Kalau mau mencoba, monggo mampir.

Pujangga Luwe: amenangi jaman luwe, wong sing ora luwe rasah melu-melu luwe. Kudu tetep mangan. Sak begja-begjane wong mangan, isih begja wong sing kelakon mangan ing warung kene. Mulane aja kapok mangan,…ngko ndak luwe maneh! Kalimat itu, akan kita baca di belakang menu makanan warung Bu Ageng.



Kenapa diberi nama Bu Ageng? “Cucu saya kalau manggil istri saya Bu Ageng,” ujar kakek satu cucu ini.

Makanan yang disajikan tak jauh-jauh dari kesukaan pemain Sentilan-Sentilun di Metro TV. Menu makanannya dahsyat. Memanjakan dan menghibur lidah serta menimbulkan rasa kangen yang mendalam. Sangat sesuai dengan sebutan “masakan omah”. Dan yang sudah ke warung ini, bakal sering mampir. Soalnya masakannya enak!

Kelebihan dari warung ini, akan diinfokan menu spesial yang saban hari dibuat. Menu yang berbeda-beda dibandrol dengan harga hemat antara Rp 2.000,00 sampai Rp 22.000,00. Sangat murah untuk gaya masakan Yogyakarta.

Sambil menunggu pesanan makanan untuk dihidangkan di depan kita, maka kita bisa melihat-lihat foto yang dipajang di sini. Hampir semuanya sudah meninggal. Dan kebanyakan adalah tokoh seni. Ada Pangeran Diponegoro, K.H. Ahmad Dahlan, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Affandi, Umar Kayam, dan Jenderal Sudirman. “Karena berperan penting di bidang sosial budaya Yogyakarta,” kata mertua Icha Sastrowilogo, memberi alasan

0 comments:

Posting Komentar

Copyright © / fitoyo